Senin, 28 Maret 2016

MAHASISWA sebagai AGEN PERUBAHAN hanya wacana belaka (MITOS)


Ketika membaca artikel-artikel tentang budaya mahasiswa dalam pergerakan perubahan, begitu banyak krtikan-kritkan yang lahir, kegelisahan kawan-kawan di mana-mana. Hal ini membuktikan bahwa gerakan mahasiswa dalam perubahan tidaklah sesignifikan dahulu. Terkhususnya di Kampus kita yang begitu MATI dalam budaya-budaya diskusi, budaya baca dan budaya perubahan (apalah)
Kini Mahasiswa terlampau tinggi menilai dirinya sebagai entitas agen perubahan. Baginya hal tersebut merupakan kesombongan intelektual, sementara si mahasiswa sendiri dalam berbagai hal masih terbelunggu dalam apatis, autis, hedonis, dan pragmatis, satu lagi teletubbies (kata kawan sebelah). Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan, iron stock, penyambung lidah akar rumput, moral force, dan lainnya. Bukan lagi wacana yang tabu, bahkan telah BASIH di teling kawan-kawan. Namun hingga saat ini budaya itu masih saja menjalar di sebagian diri kawan-kawan.
situasi MAHASISWA saat ini dalam PERUBAHAN
“MAHASISWA KEKINIAN”
Kondisi mahasiswa saat ini telah berada di ambang kenyamanan. Budaya populer dan sistem perkuliahan yang meniadakan kiprah mahasiswa telah menjauhkan dari fungsi sebagai agen perubahan, mental yang telah di kuasai oleh budaya-budaya modernisai yang liar. Harus diakui banyak mahasiswa yang tidak menyadari tanggung jawab sosialnya sebagai agen perubahan. “Mereka malah sibuk dengan kehidupan pribadinya. Ini merupakan fakta, mahasiswa sekarang lebih sibuk memikirkan pacar dari pada memikirkan masyarakatnya. Mereka juga lebih stres memikirkan cara mendapatkan pacar.” daripada memikirkan cara membawa perubahan yang baik dalam lingkup mahasiswa maupun masyarakat. Bukannya ikut berperan memajukan budaya-budaya yang telah MATI, melainkan sibuk dengan gerakan-gerakan hedonis yang mematakin mental berpikir. Contohnya saja ketika perkuliahan telah usai, sebagian mahasiswa dengan bangganya meramaikan pelataran-pelataran mal atau cafe-cafe untuk selfie biar ngetren katanya. Lebih parahnya lagi sebagian fungsionaris LK dan/atau yang telah Demisioner kini telah beranjak jauh dari fungsinya sebagai agen perubahan.
“Tergerusnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan tentu saja akan merugikan masyarakat. Mahasiswa merupakan motor perubahan. Jika motor ini mogok, tentu saja tak akan ada perubahan bagi masyarakat. Agar peran ini kembali bisa menjadi ruh pada setiap mahasiswa ada baiknya perguruan tinggi dan mahasiswa itu sendiri memahami tridharma perguruan tinggi yang menuntut keseimbangan intelektual dan peran pengabdian kita. Semoga dengan dijiwainya kembali perguruan tinggi ini kita bisa kembali menjadi agen perubahan bagi masyarakat.” * Prajurit Semar
Mahasiswa bukan pencetak ijazah, mahasiswa bukan ladang bisnis bagi mereka para elit, melainkan MAHASISWA adalah AGEN PERUBAHAN yang membawa wibawah mahasiswa itu sendiri dan juga agen perubahan bagi penyambung lidah akar rumput.
MAHASISWA AGEN PERUBAHAN masihkah pantas julukan itu membalut tubuhmu???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar